Pintu
itu kemudian terbuka. Subhanallah, anakku muncul di tengahnya, " Ayo
coba ini apa?," ujarnya melempar tanya menunjuk nunjuk tas yang
dibawanya, bermaksud ingin memberi tahu isi dalam tas. " Tamiyaaa."
ujarnya lantang, seolah ingin cepat-cepat menjawab kepenasaran kami
sekeluarga.
Seketika tangis & tawa kami pecah.
Peristiwa yang kami tunggu hasilnya dengan kecemasan & pengharapan
terjadi sudah. Setelah dikhitan di dalam ruangan, ternyata anak kami
keluar dari pintu itu dengan kegembiraan. Tidak ada raut muka yang sedih
atau meringis. Yang ada hanyalah kegembiraan, seraya membawa tas berisi
mobil mainan hadiah dari klinik khitan. Rasanya ia memberikan senyum
yang paling lebar kepada kami ketika muncul dari pintu tersebut.
Namun
justru senyum itu meluruhkan segala persiapanku untuk tidak menangis.
Beberapa saat kelopak mataku menumpahkan air mata kebahagiaan. Hingga
menjadi telaga kecil yang memberi kedamaian kepada tubuh ini. Di salah
satu sudut klinik khitan itu, tampak papaku terisak menangis. Tubuhnya
berguncang-guncang mengimbangi haru biru perasaannya. Di sudut yang
lain, sudah lebih dulu ibu mertuaku mengalirkan banyak air mata sehingga
membuat matanya sembab kemerahan.
Alhamdulillah, anakku
telah dikhitan dengan selamat 09 juli 2011 yang lalu. Bahkan dengan
proses yang membuat hati bundanya ini seperti terbang. Setelah dipanggil
namanya, ia masuk sendirian ke dalam ruang tindakan khitan. Aturan
klinik tersebut tidak memperbolehkan orang tuanya masuk. Hanya sekira 15
menit dia sudah keluar dari pintu yang lain sebagai tanda sudah
selesainya proses khitan dengan baik.
Mungkin bagi anakku,
khitan bermakna proses mendapat hadiah, banyak dikunjungi saudara dan
teman. Ya dalam umur 3 tahun mungkin hanya itu yang bisa dia mengerti.
Tapi bagiku, proses khitannya adalah pembelajaran aku & kami sebagai
orang tua. Mencoba menguatkan hati untuk patuh dan taat kepada Sang
khalik, pencipta & pemilik sejati anakku.
Langkah
ringannya masuk ke ruang khitan, mengajarkan kami untuk melangkah ringan
pula dalam kebaikan di jalan Allah. Keberaniannya untuk ada dalam
ruangan khitan serta mengikuti prosesi khitan mengajarkan kami untuk
tawakal kepada Allah untuk permasalahan apa pun. Dan kesabarannya
menahan sakit serta mengelola perasaan mengajarkan kami untuk tidak
mudah jatuh dalam menghadapi kehidupan yang keras ini.
Anakku
sayang! terimakasih telah mengajarkan banyak hal kepada 2 makhluk Allah
yg sedang belajar menjadi orang tua ini. Kami yakin kami harus terus
banyak belajar lagi untuk menjadi orang tua yang diridhai Allah.
Termasuk menguatkan hati, bila suatu saat, engkau akan melangkah ringan
lagi : mungkin ke kancah dakwah yang pelik atau mungkin ke medan jihad
seperti palestina dan afghanistan. Dan bundanya ini belajar melapangkan
hati, apa pun yang tejadi engkau memang milik Rabb Yang Maha Suci.
penulis: Ekha Subara
Anak
penulis: Ekha Subara