Hikmah 17
tahun
Hari itu, 25 mei
1998, tepat 17 tahun umurku. Lebih pagi aku datang ke sekolah dari biasanya.
Sudah diduga, banyak orang yang tidak mengenaliku. Baik tetangga yang
terlewati, atau teman-teman di kelas lain. Dan akhirnya sampailah aku di kelas
2-3. Beberapa teman sudah lebih dulu datang, masih saja mereka tidak terlalu
memperhatikanku. Sampai akhirnya kusapa mereka.
“Assalamu’alaikum”
ujarku datar. Alih-alih menjawab, teman-teman waktu itu menoleh dan mendiam.
Sepertinya ada jeda 30 detik keheningan di sekitar tempat aku berdiri. Senyap.
Diikuti tatapan mata tak percaya. Sebagian teman wanita menitikkan air mata,
dan sebagian teman pria terpana.
“Wa ‘alaikum
salam” ujar laila temanku dengan nada tercekat. Dia mendekatiku dan menarik
tanganku lembut ke bangku. Setelah duduk, dia terus menatapku untuk memastikan
keberadaanku. “Alhamdulillah, uni, engkau berubah” ujarnya lirih. Beberapa
teman pria tersenyum. Angga yang sejak tadi terdiam memecah kebekuan di antara
teman pria dengan berkata “ Selamat datang ukhti, engkau berhijrah dengan
menutup aurat.”
Ya, aku yang
dikenal sebagai ketua ekstra kurikuler drama & anggota Paduan Suara ini
telah berubah. Pada ulang tahunku yang ke-17 aku memutuskan untuk menutup
aurat. Menggunakan kerudung dan pakaian
menutup aurat ke sekolah dan tempat umum lainnya.
Bukan hal mudah
bagiku untuk menutup aurat, pergumulan batin yang panjang. Tapi akhirnya aku
putuskan untuk memulainya pada umur 17 tahun. Memang terlambat, tapi itulah
kenyataannya. Semoga sisa umurku berkah dengan melaksanakan salah satu
kewajiban dari Allah. Meski akhirnya keputusan ini menuntunku untuk merubah
jalan hidup yang kupilih.