Oleh : Ekha Putri Minangsih Subara
Ada seorang teman yang minta belajar jurnalistik , di iya in aja... Emang lagi rindu jurnalistik juga, setelah cukup concern ilmu bisnis 2 tahun terakhir. Jadinya sy coba buka buka lagi materi jurnalistik waktu sy magang di Pikiran Rakyat dan waktu sy jd wartawan di majalah DPRD Sumedang....
Tapi yg menarik sy ketemu paragraf ini :
Amat menarik bagaimana seorang penulis berikut ini mengumpulkan bahan tulisan. Coba saja kita perhatikan:
Maurice Zolotov, penulis spesialis profil tokoh hiburan, sangat tekun mengumpulkan bahan. Suatu ketika ia akan menulis perihal pemain opera Salvatore Baccaloni. Apa yang dilakukannya?
Pertama, ia membaca delapan buku perihal opera. Padahal, tak satu pun menyebutkan nama Baccaloni.
Kedua, dia menonton opera di Metropolitan Opera. Bukan pertunjukan Baccaloni. Zolotov menyempatkan melihat-lihat ke belakang panggung dan ngobrol dengan awak panggung, hanya untuk merasakan bagaimana menjadi pemain opera.
Ketiga, barulah Zolotov membaca semua kliping mengenai Baccaloni di terpustakaan New York Times.
Keempat, mewawancarai Baccaloni sebanyak enam kali.
Kelima, ia terbang dari New York ke Boston cuma untuk menonton pertunjukan Baccaloni.
Selesaikah ia mengumpulkan bahan? Belum juga karena ia masih mewawancarai Sepuluh orang yang mengenal Baccaloni. Semua bahan itu ia endapkan beberapa hari dalam pikirannya.
Lalu, ia menulis irtikel bertajuk "Opera's Funny Man” sebanyak 20 halaman dalam tempo tiga hari. Nyata benar bedanya dengan umumnya wartawan kita yang hanya mengumpulkan bahan dengan mewawancari narasumber cuma satu atau dua jam. Sudah dapat
ditebak, bahan yang terkumpul pun amat miskin. '