Oleh : Ekha Putri Minangsih Subara
Meski beritanya agak tertutup dengan berbagai tragedy tiang listrik, Teroris di Papua yang disebut KKB dan pemberitaan artis lepas kerudung.
Ada peristiwa lain dalam agenda perempuan Indonesia. Ya … Kevin Lilliana meraih gelar Miss International 2017. Dalam final Miss International di Tokyo Dome, Tokyo, Jepang, Selasa (14/11) sore,
Kevin tak kuasa menangis haru saat dirinya resmi mengenakan mahkota dan jubah Miss International tersebut. (https://www.cnnindonesia.com/)
Sebagian orang menganggap hal ini adalah prestasi, namun izinkan saya disini melihat dari sudut pandang islam tentang hal yang meliputi kontes kontes kecantikan seperti itu.
Penting kita cermati. Kontes ini akhirnya menyeret perempuan dalam kubangan industri pariwisata, perdagangan dan penyiaran itu sendiri.
Sayangnya posisi perempuan dalam industri tersebut hanya sebagai etalase pajangan produk-produk industri tadi. Lebih miris, etalase itu lebih bersifat fisik.
Kecantikan tubuh permpuan. Sudah rahasia umum kontes seperti ini di belakangnya ada industri kosmetik, fashion dan hiburan yang menggunakan profile kecantikan kontestan sebagai promosi produk.
Jargon 3 B (Beauty, Behaviour dan Brain) secara fakta tetap memiliki bobot terbesar pada kecantikan. Tidak ada standar khusus untuk kepribadian dan kecerdasan yang harus dimiliki oleh kontestan Miss Internasional atau kontes kecantikan lainnya untuk jadi pemenang.
Pun waktu penilaiannya hanya selama 1 bulan dalam karantina bukan berdasarkan hal yang sudah dilakukan sebelumnya dalam kehidupan kontestan yang berguna bagi masyarakat. Misalnya sebelumnya para kontestan adalah pencetus dan pengelola pemberdayaan masyarakat untuk masalah sampah, anak jalanan, banjir, kemiskinan dll.
Sebagai negara muslim terbesar, hal ini akan membawa preseden yang buruk bagi kehidupan kaum muslimin. Seringkali Indonesia dipandang manjadi “proto type”kehidupan beragama bagi negeri-negeri muslim lainnya.
Penyelenggaraan Miss International ini membuat Indonesia terkesan sepakat dengan sudut pandang Barat (luar islam) yang lebih melihat perempuan sebagai objek eksploitasi fisik untuk kepentingan dunia usaha. Padahal di dalam islam kemuliaan seseorang tidak dilihat dari fisiknya melainkan takwanya.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (QS. Al Hujuraat [49]: 13)
Sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu dan hartamu, tetapi Dia melihat pada hatimu dan amalanmu. [Hadis Sahih Riwayat Imam Muslim]
Selain itu, ada hadits yang secara langsung melarang pemanfaatan sisi keperempuanan dalam usaha sebagai berikut, Diriwayatkan dari Râfi‘ ibn Rifâ‘ah, ia menuturkan:
“Nabi SAW telah melarang kami dari pekerjaan seorang pelayan wanita kecuali yang dikerjakan dengan kedua tangannya. Beliau bersabda, “begini (dia kerjakan) dengan jari-jemarinya seperti membuat roti, memintal, atau menenun.” (HR Ahmad).
Berbagai hal terkait kontes kecantikan bagi kaum muslimin tidak bisa disederhanakan sebatas pemakaian bikini atau tidak. Tapi lebih dalam dari itu tentang cara pandang terhadap wanita bukan untuk objek alat industri atas nama kecantikan.
Islam sudah memposisikan perempuan dalam tempatnya yang mulia sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Keberartiannya di masyarakat pun dinilai karena kemanfaatannya secara nyata di masyarakat.