Oleh : Ekha Putri Minangsih Subara
Beberapa waktu lalu saya mengadakan acara Cinta Rasul yang diisi dengan acara inti ceramah tentang sekilas sirah rasulullah dan bagaiamana kita meneladaninya sebagai acara dalam momen maulid Nabi Muhammad.
Meski sudah jauh dari 12 Rabiul Awal saya berfikir semangat untuk mendalami sirah rasul dan pemaknaan terhadap rasul untuk kemudian nanti menjadi Cinta rasul adalah proses yang tak mengenal waktu.
Sedikitnya saya bisa memahami perasaan Shalahudin Al Ayubi di tahun 1184, ketika semangat Jihad turun dan persatuan kaum muslimin renggang. Terentang 5 abad lebih dari zaman Rasulullah. Akhirnya Shalahuddin Al Ayubi mengisi Peringatan maulid nabi dengan sayembara untuk menulis tentang rasulullah dan puji pujian yang baik terhadap beliau. Hingga melahirkan karya besar Kitab Al Barzanji yang ditulis Syaikh Ja'far Al-Barzanji sebagai pemenang.
Dari situ muncul kembali semangat Jihad melawan pasukan Salib waktu itu dan kaum muslimin bersatu membela agamanya.
Dan kini hampir 8 abad dari peristiwa maulid nabi oleh Shalahuddin Al Ayubi kemudian 14 abad lebih dari Zaman Rasulullah rasanya sejarah terulang lebih buruk. Jangankan semangat Jihad, pemahaman Jihad pun banyak yang tidak sesuai dengan apa yang tertera di Al Qur’an dan As Sunnah.
Persatuan kaum muslimin pun dipahami bukan dalam tali agama Allah. Hingga tidak aneh, orang yang menyerukan persatuan kaum muslimin dianggap pemecah belah. Padahal yang Allah dan Rasul seru adalah :
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. {ال عمران: 103}
Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. (Ali Imran: 103)
Ayat ini memerintahkan seluruh kaum muslimin untuk bersatu di atas jalan Allah dan melarang kita untuk berpecah-belah. Disebutkan dalam ayat ini, bahwa persatuan yang diperintahkan adalah persatuan di atas kitab dan sunnah atau di atas tali Allah. Barang siapa yang melepaskan diri atau mengambil jalan lain selain jalan Allah, maka dialah yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan berarti dialah yang menyebabkan terjadinya perpecahan.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه bahwa dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah menggariskan satu garis (di tanah) dengan tangan beliau seraya berkata: “Ini jalan Allah yang lurus”. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم menggariskan garis-garis di kanan dan kiri garis tadi dan berkata: “Ini jalan-jalan lain, tidak ada satu jalan pun di sana, kecuali ada setan yang mengajak kepadanya”. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم membaca ayat: wa anna hadza shirathii mustaqiiman fattabi’iuhu… (HR. Imam Ahmad, Nasa’i, Darimi, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dan beliau menshahihkannya)
Adapun yang dimaksud adalah ayat Allah dalam surat al-An’aam: 153:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. {الأنعام: 153}
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa. (al-An’aam: 153).