Elegi Mawar Hitam

Inspirasi Islami Perempuan, Keluarga dan Anak

Senin, 06 Agustus 2012

Elegi Mawar Hitam

Elegi Mawar Hitam

sebongkah hati yang retak
dibingkai rerimbun mawar hitam
Berceceran kelopak-kelopak kepedihan & luka
dari setiap pertempuran cinta

getar jemari masih sibuk memunguti air mata
yang terselip di bawah bantal
cantikmu tidak tenggelam
Pijarmu tidak padam

Asa mengalir menjadi perahu kertas
yang berlayar di samudra kesabaran
melalui tiap kelok jalan dan kolong-kolong jembatan

Mari kemasi perih ini
seiring muara cinta akhir pengembaraan
Temukan makna mendamba adalah keindahan

Biarlah pilu itu berlalu
Sebagai cinderamata dari sebuah masa
agar takdir lebih indah untuk dirasa

dari apa yang terjadi atas pertemuan cinta kali ini
Bukan hanya karena kau mencintai dia
Tidak pula hanya karena dia mencintaimu
melainkan karena cinta & rahmatNya.

(Sepenggal kata, pengantar langkah menuju dewasa, dari adikmu Novri)

Masih saja hati ini bergetar, meski sudah puluhan kali membaca puisi itu. Hal yang menguatkan jiwa sebagai kado pernikahan dari adik tercinta.

Tidak terasa sudah 4 tahun berlalu. Tanggal 4 agustus 2007 lau, terjadi mitsaqon ghalidzan antara saya & suami dihadapan papa. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah janji suci kami dengan rabb pencipta cinta.

Kami berdua sangat tidak menyangka bahwa Allah berkehendak mempertemukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Cerita perjalanan sebelumnya berliku dan menyakitkan. Subhanallah, Allah mengirimkan penawar sakit yang bersahaja. Tanpa cinta yang gemerlapan, kami bersepakat membangun biduk kehidupan bersama.

Cukup cinta yang sederhana, berupaya hanya mempersembahkan cinta yang paling agung kepada Rabb Yang Maha Suci. Sisanya adalah cinta yang cukup bagi kami berdua untuk tidak mempermasalahkan lagi : Handuk basah yang tersimpan di atas kasur atau bentuk tubuh yang tak karuan lagi.

Menikmati bahwa  yang diberikan Allah adalah yang terbaik, sangatlah indah! Tidak pernah habis rasa syukur atas pasangan hati pemberianNya.

terakhir: "  Aku titipkan surga kepadamu wahai imamku, semoga engkau ridho kepadaku agar aku diridhaiNya. Dan kelak kita akan bersama lagi (semoga!) dalam kehidupan yang abadi. Dalam mimbar yang terbuat dari cahaya karena kita berjanji saling mencinta karena Allah."
penulis: Ekha Subara